16 Mei 2011

Melihat Secara Mudah Standar Normal Hutan: Vegetasi

Sekali lagi menjadi pertanyaan, apakah itu populasi normal? Populasi normal adalah suatu kondisi dimana populasi tetap terjaga baik struktur maupun keragaman jenisnya sedemikian rupa sehingga kondisi tersebut tetap menjamin kelestarian jenis dalam waktu yang cukup lama. Berapa lama kelestarian jenis akan terjamin? Di sinilah pentingnya kita berbicara apakah populasi tetap berada dalam trend yang normal atau tidak. Selama populasi dalam kondisi normal maka kita dapat mengatakan bahwa kelestarian jenis akan lebih terjamin, meskipun pada kenyataannya populasi terus membentuk kurva normal yang semakin menyusut.

Dalam pemisalan sederhana, anggaplah vegetasi ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim seperti pada pemahaman teoritis dan hutan terdiri atas vegetasi tertentu yang akan dibuat standar normalnya. Pembentukan standar normal populasi hutan berdasarkan vegetasinya, sebagai berikut:

Vegetasi akan mampu beregenerasi dengan baik apabila struktur umurnya membentuk suatu kurva yang mengerucut. Kelas umur terendah berada pada bagian bawah kurva dengan jumlah yang lebih besar dan sebaliknya kelas umur yang lebih tinggi berada pada bagian kurva lebih tinggi dengan jumlah individu yang lebih sedikit. Dengan adanya kurva tersebut maka populasi dapat melakukan regenerasi secara baik. Normalitas dalam kondisi seperti ini adalah tetap mempertahankan bahwa struktur umur tersebut tetap mengerucut selama mungkin.

Perubahan pada kondisi tanah adalah indikator penting yang menentukan adaptasi dan regenerasi jenis, begitu pula dengan kondisi iklim. Pada kondisi tanah yang kritis maka tumbuhan mempunyai adaptasi yang semakin rendah begitu pula dengan kemampuan menghasilkan buah dari vegetasi tersebut. Kondisi ketersediaan hara dan nutrisi tanah merupakan faktor yang penting untuk dipantau. Perubahan iklim juga memberikan dampak penting. Faktor cahaya atau suhu yang berdampak pada kerawanan kegagalan pembungaan dan kebakaran merupakan faktor penting bagi regenerasi vegetasi.

Pada kenyataannya tidak ada yang sulit dalam melakukan berbagai jenis analisa statistik untuk menentukan apakah populasi akan tetap normal atau tidak. Bahkan ketika normalitas tidak ditunjukan oleh suatu kurva normal statistis tetapi oleh suatu distribusi tertentu misalnya distribusi gamma, analisa statistik tetap cukup mudah dilakukan. Dari pemisalan sederhana tersebut secara sederhana analisa normalitas hutan dapat dilakukan melalui sebuah pengujian regresi. Kita bisa melakukan analisa regresi sederhana multivariabel, Generalized Linear Model (GLM) atau dengan analisa yang lebih luas yaitu dengan Generalized Estimating Equations (GEE). Bagaimana membentuknya?

Misalkan kita melakukan survey tahunan secara random pada 100 titik pengamatan berupa PUP selama 10 tahun dengan mengambil data kandungan unsur P tanah, tinggi dan diameter pohon, jumlah individu, suhu dan persentasi cahaya secara berkala. Jika potensi (dalam m3) yang akan menjadi target kelestarian, maka kita bisa membangun suatu persamaan regresi terkluster, sebagai berikut:

Potensi = a + b1P + b2 Jml semai + b3 Jml pancang + b4 Jml tiang + b5 Suhu + b6 cahaya + e

Indikasi hasil uji yang menyatakan bahwa distribusi yang normal secara statistik untuk masing-masing variabel (selama 10 tahun) dan nilai penting (tahunan) yang cenderung tetap dari setiap variabel bebas akan mengindikasikan bahwa kondisi hutan tetap stabil (normalitas hutan dari sisi vegetasi tetap terjaga).

Bagaimana jika data belum tersedia dan pengukuran masih kurang? Kita bisa membuat kurva distribusi struktur umur dari populasi vegetasi tahunan dan menganalisa secara deskriptif apakah kurvanya normal atau tidak. Secara sederhana dari sisi vegetasi kita tetap bisa menentukan kelestarian hutan.

Pertanyaannya mengapa bukan potensi secara tunggal saja perlu diperhatikan untuk kelestarian hutan? Karena potensi kayu adalah resultante dari banyak faktor. Apa yang salah dari hutan ketika potensi kayu menurun? Inilah pertanyaan yang cenderung diperdebatkan dan akhirnya hanya dugaan yang menjadi jawaban. Karena masyarakat, karena kesalahan pengusaha, karena bencana alam? Tapi kita tidak pernah bertanya pada hutannya sendiri, apa yang sakit dan bagian mana dari tubuh hutan yang perlu diperbaiki agar secara utuh hutan tetap lestari?